Polisi Cantik Nyamar Jadi Tukang Ojek
BANJARMASINPOST.CO.ID - Kondisi terkini aktor Fahmi Bo, tak dapat kerja, sakit dan jatuh miskin. Kini ditinggal istri dan anak.
Kondisi pilu dialami aktor Fahmi Bo di usianya yang kini 50 tahun.
Aktor bertubuh bongsor itu kini kesulitan memenuhi kehidupan hidup sehari-hari.
Tak cuma itu, Ia juga sudah dicerai istri dan ditinggalkan anak-anaknya.
Baca juga: Temuan Fakta Nikita Mirzani di Kamar Kos Fahmi Bo, Ibu Lolly Tak Kuat Tahan Tangis
Baca juga: Deretan Penyakit Fahmi Bo Buat Nikita Mirzani Iba: Stroke, Asam Urat hingga Diabetes
Pemicunya, Fahmi Bo mengidap sederet penyakit mulai dari riwayat stroke, diabetes hingga asam urat yang membuatnya tak bisa bekerja.
"Untuk kebutuhan sehari-hari ada teman yang masih merhatiin saya. Kadang untuk makan saya udah ga bisa, ya buat makan sehari paling sekali," ujarnya.
"Kadang pernah seharian gak makan. Jadi makan ketemu pagi lagi baru makan." lanjutnya dikutip dari Status Selebritis, Sabtu (9/12/2023).
Di tengah kondisi memprihatinkan itu, Fahmi Bo memberi pesan pilu untuk anak-anaknya.
Pasalnya sejak Fahmi dan istri bercerai, kedua anaknya tak pernah lagi menemuinya.
"Saya cuma berharap kedua anak saya sehat selalu dan saya berharap mereka jangan ngelupain saya. Walaupun saya begini, saya tetep ayahnya." Ucap Fahmi Bo sambil berkaca-kaca.
Pria 50 tahun ini juga sempat memohon agar anak-anaknya mau sekedar menengoknya.
"Kalo Farel, Ariel nonton, tolong tengok ayah. Ayah lagi sakit. Saya gak minta apa-apa, saya cuma minta ditengok minta dilihat." ucap Fahmi Bo menangis.
Dibantu Nikita Mirzani
Belum lama ini, kabar miris Fahmi Bo sampai ke telinga Nikita Mirzani.
Seorang warga Kudus berinisial BI (35) diamankan Densus 88 Antiteror Mabes Polri. Begini penampakan rumah yang ditinggali BI, yang kesehariannya merupakan tukang ojek online di Kudus.
Pantauan detikJateng pukul 09.00 WIB, suasana rumah yang ditempati BI tampak sepi. Pintu depan rumah terlihat tertutup. Suasana permukiman rumah terlihat lengang. Hanya ada beberapa warga yang melintas.
Sekretaris Desa Gribig, M Kamal, mengungkapkan dirinya sempat dimintai petugas dari Densus 88 untuk menunjukkan rumah BI yang ada di Desa Gribig, Senin (4/11) pagi kemarin. Kamal mengaku hanya dimintai menunjukkan lokasi dan menyaksikan pemeriksaan di rumah tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemarin sekira jam 09.00 WIB. Itu informasinya orangnya sudah diamankan, itu mencari barang bukti di rumah bersangkutan," kata Kamal kepada detikJateng ditemui di Balai Desa Gribig, Selasa (5/11/2024).
Kamal mengaku tidak mengetahui barang bukti yang diamankan dari rumah BI. Sebab dirinya dilarang untuk memfoto dan tidak diberitahukan.
"Saya menyaksikan saya menunjukkan rumahnya. Rumahnya ini, cari barang bukti di rumah. Nggak tahu yang dibawa apa. Yang mengamankan pakai seragam Densus 88," ujarnya.
Lebih lanjut Kamal menerangkan BI sehari-harinya bekerja sebagai tukang ojek. "Pekerjaan setiap harinya dia adalah tukang ojek," tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, Densus 88 Antiteror menangkap tiga terduga teroris di tiga lokasi di Jawa Tengah. Penangkapan dilakukan dalam satu hari.
Informasi yang diperoleh detikJateng, satu pria ditangkap di daerah Kebonbatur, Kecamatan Mranggen, Demak. Kemudian satu pria ditangkap di Desa Gribig, Kecamatan Gebog, Kudus. Kemudian satu pria lainnya ditangkap di wilayah Solo.
Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Artanto, membenarkan informasi tersebut. Dia menegaskan penangkapan ditangani Densus 88 Antiteror.
"Betul, tiga orang terduga teroris (ditangkap) oleh Densus 88 Mabes Polri. Lokasi penangkapan di Kudus, Demak, dan Solo," kata Artanto saat dihubungi wartawan, Senin (4/11).
Dia menegaskan penanganan dilakukan oleh Densus 88. Untuk informasi berikutnya disampaikan Densus 88 Antiteror.
"Nanti yang menerangkan dari Densus 88. Kalau kronologisnya saya kurang 86, tapi penangkapan dalam satu hari (Senin)," ujarnya.
Di sisi lain, Selamet, salah seorang tetangga terduga teroris juga mengaku tidak mengetahui adanya penangkapan yang dilakukan Tim Densus 88 Mabes Polri.
Sebab saat dilakukan penangkapan terhadap terduga yang rumahnya berada persis di depan rumahnya, Slamet sedang bekerja.
Selamet menyebut bahwa terduga teroris tersebut dalam kesehariannya kepada warga lain sangat tertutup dan jarang berinteraksi.
“Orangnya kelihatannya baik. Namun kalau ada acara tahlilan juga tidak pernah ikut dan juga tidak pernah beribadah di musala dan masjid di kampung kami,” tutur Selamet didampingi istrinya.
Selamet menambahkan, terduga teroris tersebut juga tidak pernah berinteraksi sosial kepada warga dikampungnya.
“Pekerjaannya (Bahrul Irfan) itu ngojek di Terminal Bakalankrapyak. Dan kalau malam sering ngopi di warung saya, tapi ya gitu hanya bicara secukupnya saja,” tukas Selamet.
Bahkan saat warga mengajak datang ke pengajian dan tahlilan, kata Selamet, pelaku malah menyebut bahwa kegiatan tersebut adalah musyrik.
Dikonfirmasi terpisah, Kapolres Kudus AKBP Ronni Bonic membenarkan penangkapan salah seorang terduga teroris. Namun demikian, Ronni mengaku tidak berwenang memberikan informasi lebih lanjut.
“Silahkan langsung konfirmasi lebih lanjut ke Divisi Humas Mabes Polri saja,” tukasnya singkat melalui Whatsapp.
Palmerah, Warta Kota -- Viralnya video dibalik potret Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo ketika meninjau bencana dibalas dengan sejumlah potret sang presiden lainnya.
Namun berbeda dengan tema sekarang, potret Joko Widodo ketika menjabat sebagai Wali Kota Solo itu lebih mirip seperti rakyat kebanyakan.
Potret tersebut seperti yang diposting akun @rajapurwa; pada Rabu (26/12/2018).
Dalam postingan yang turut serta dibagikan ulang oleh Kepala Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean itu menggambarkan pencitraan yang dilakukan oleh Jokowi-sapaan Joko Widodo.
Pasalnya, walau Jokowi telah menjabat sebagai Wali Kota Solo, pria beranak tiga itu tetap melakukan sesi pemotretan yang tidak biasa.
Dalam potret milik Solopos.com dan Tempo.co tersebut, Jokowi terlihat mencitrakan diri layaknya rakyat kelas bawah.
Dalam parade foto, Jokowi terlihat mengenakan pakaian lengkap dengan topeng ketika menghadiri Tari Topeng Surakarta.
Dalam potret lainnya, Jokowi bahkan menjadi Pedagang Kaki Lima (PKL), penambal ban hingga pengayuh becak.
"Sekali lagi! Gw bersumpah. 'Demi Allah' tahun 2012 gw adalah pengagum berat JKW - AHOK. Seiring dgn waktu dan ditemukan foto2 sprt ini, pandangan gw berubah! Unlogic dan diluar kewajaran!" tulis akun @RajaPurwa menautkan halaman berita foto Solopos.com dan Tempo.co, yakni https://t.co/scCRfPkAUB dan https://t.co/YHfEDLvC8t.
Dikutip dari Tempo.co, sejumlah potret Jokowi yang diunggah pada tanggal 8 Januari 2013 itu menjadi penanda sebagai Wali Kota Terbaik Dunia 2012 peringkat ketiga oleh situs worldmayor.com.
Tidak hanya dianggap berhasil menata Kota Solo, terpilihnya Jokowi yang menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta ketika itu juga karena dinilai sangat sederhana dan merakyat.
Hal itu ditandai dengan potret Jokowi yang tengah duduk di sebuah kursi dengan kostum pengayuh becak lengkap dengan becak di sampingnya.
Sebelumnya, Natalius Pigai, putra asli Papua sekaligus mantan anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengaku kecewa dengan sikap Jokowi.
Melde dich an, um fortzufahren.
Densus 88 Antiteror menangkap tiga terduga teroris di tiga lokasi di Jawa Tengah dalam sehari ini. Salah satunya warga Desa Gribik, Kecamatan Gebok, Kabupaten Kudus.
Kapolres Kudus AKBP Ronni Bonic membenarkan kabar penangkapan warga Gribik Kudus yang diduga terlibat dalam jaringan teroris.
"Nggih (ya benar). Langsung tanya ke Divisi Humas Mabes Polri aja ya, bukan ranah kami untuk menyampaikan hal tersebut," kata Ronni saat dimintai konfirmasi detikJateng, Senin (4/11/2024) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Sekretaris Desa Gribik, Kamal mengatakan ada penangkapan warganya yang berinisial B (35). Menurut dia, B semula tinggal di Kecamatan Kota. Pekerjaan sehari-harinya sebagai tukang ojek.
"Iya tadi ada penangkapan sekitar pukul 09.00 WIB. Saat ada penangkapan tadi ada Ketua RT, RW, dan perangkat desa. Saya juga hadir di lokasi tapi tidak boleh melihat proses penangkapan," kata Kamal kepada wartawan di Kudus, Senin (4/11) malam.
"Pekerjaan setiap harinya dia adalah tukang ojek," imbuh dia.
Kamal mengaku mengetahui saat ada penangkapan warga oleh Densus 88 Antiteror tadi padi. Tapi dia tidak tahu latar belakangnya.
"Saya sebenarnya tidak tahu masalahnya. Saya juga tak menduga ada warga yang seperti itu," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Densus 88 Antiteror menangkap tiga terduga teroris di tiga lokasi di Jawa Tengah. Penangkapan dilakukan dalam satu hari ini.
Informasi yang diperoleh detikJateng, satu pria ditangkap di daerah Kebonbatur, Kecamatan Mranggen, Demak. Kemudian satu pria ditangkap di Desa Gribig, Kecamatan Gebog, Kudus. Kemudian satu pria lainnya ditangkap di wilayah Solo.
Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Artanto, membenarkan informasi tersebut. Dia menegaskan penangkapan ditangani Densus 88 Antiteror.
"Betul, tiga orang terduga teroris (ditangkap) oleh Densus 88 Mabes Polri. Lokasi penangkapan di Kudus, Demak, dan Solo," kata Artanto saat dihubungi wartawan, Senin (4/11).
Dia menegaskan penanganan dilakukan oleh Densus 88. Untuk informasi berikutnya disampaikan Densus 88 Antiteror.
"Nanti yang menerangkan dari Densus 88. Kalau kronologisnya saya kurang 86, tapi penangkapan dalam satu hari (Senin)," ujarnya.